Rabu, 21 Maret 2012

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcKcVG8FUgJra1wVSCe8EmN1X1DP36OdgsvUmN7NJ-xaobamuNIClclxvrV-XsJDYD_QTzGLSvw0cu5gKmBCoQLeaAq9g3V2t9Aj2AJxikZVNy-U9bG-FcFq0fYApuVHnSQ7lSIcOQbSc/s1600/danbo__s_first_love_by_bry5-d3922yc.jpg

1. Masih Muda
Cinta pertama
biasa terjadi saat Anda masih berusia muda. Sedangkan untuk memiliki
cinta sejati, Anda membutuhkan kedewasaan serta kematangan dalam
berpikir demi kelangsungan hubungan selanjutnya. 
2. Minimnya Pengalaman
Saat
pertama kali atuh cinta, Anda merasa mendapatkan pengalaman luar biasa.
Namun di usia yang muda, sebenarnya Anda belum paham benar mengenai
arti cinta dan makna di baliknya.
3. Lingkungan Hidup Berbeda
Banyak
cinta pertama bertemu ketika usia remaja dan pisah karena keduanya
sibuk oleh pendidikan atau pekerjaannya. Wajar jika individu bergerak
dari suatu aspek kehidupan ke tahap yang lebih maju. Biasanya hal ini
menyebabkan kedua belah pihak merasa tidak cocok.
4. Intensitas
Menurut
Domeena Renshaw, pakar psikologi dari Universitas Loyola, “Ketika jatuh
cinta, aliran darah ke pusat otak akan meningkat.” Hal itu yang
menyebabkan Anda begitu intens dengan seseorang yang dicintai. Tetapi,
cinta pertama cenderung berlebihan sehingga menyebabkan kejenuhan.
5. Bertumbuh dan Berkembang
Kehidupan
berubah seiring perkembangan zaman. Begitu pula dengan diri Anda. Tak
jarang orang merasa bahwa cinta pertamanya telah berubah dan tak lagi
menjadi orang yang tepat untuknya saat ini.

Rabu, 07 Maret 2012

KONSENTRASI KRITIS MISEL

I. Tujuan Percobaan
Mampu menentukan konsentrasi kritis misel (kkm) dan menentukan harga entalpi miselisasi gelatin pada pelarut air.

II. Pendahuluan
Misel merupakan sebuah kumpulan molekul surfaktan yang terdispersi dalam koloid cair. Sifat khas misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan kepala gugus hidrofilik bersinggungan dengan solven yang mengelilinginya, mengasingkan ekor gugus hidrofobik didalam pusat misel. Misel biasanya berbentuk globular dan secara garis besar berbentuk speris, akan tetapi dapat pula berbentuk elipsoida, silinder, dan bilayer. Bentuk dan ukuran misel merupakan fungsi dari geometri molekular dari molekul surfaktan tersebut dan kondisi larutan seperti konsentrasi surfaktan, temperatur, pH, dan kekuatan ionik. Proses pembentukan misel disebut sebagai miselisasi.
Molekul surfaktan individual yang terdapat didalam koloid, namun bukan bagian dari misel disebut monomer. Didalam air, kepala hidrofilik molekul surfaktan selalu bersinggungan dengan sebagian besar dari solven, tanpa memperdulikan apakah keberadaan surfaktan sebagai monomer atau bagian dari misel.

Namun demikian, ekor hidrofobik molekul surfaktan memiliki sedikit kontak dengan air bila merupakan bagian dari misel. Didalam suatu misel, ekor hidrofobik dari beberapa molekul surfaktan berkumpul menjadi seperti inti minyak yang memiliki sedikit kontak dengan air. Sebaliknya monomer surfaktan dikelilingi oleh molekul air yang membuat suatu kurungan molekul yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Kurungan air ini memiliki struktur kristal seperti es.
Misel tersusun dari surfaktan ionik yang dikelilingi oleh awan ion-ion. Karena ion-ion ini memiliki muatan berlawanan dengan muatan ionik surfaktan, maka disebut ion berlawanan. Walaupun ikatan ion berlawanan menetralisir muatan misel (hampir 90%), efek dari muatan misel dapat mempengaruhi stuktur solven yang mengelilinginya pada jarak tertentu dari misel. Misel ionik dapat mempengaruhi beberapa sifat campuran, termasuk konduktivitas listrik. Penambahan garam pada koloid yang mengandung misel dapat menurunkan kekuatan interaksi elekrostatik dan menyebabkan menjadi formasi misel ionik yang lebih besar.
Misel hanya terbentuk bila konsentrasi surfaktan lebih besar daripada konsentrasi kritis misel (kkm) dan temperatur sistem lebih besar daripada temperatur kritis misel atau temperatur Kraff. Konsentrasi kritis misel (kkm) merupakan titik penjenuhan surfaktan dalam sistem air. Kkm dapat diamati dengan kurva yang diskontinu dari sifat fisik sistem sebagai suatu fungsi dari jumlah surfaktan yang ditambahkan. Pembentukan misel dapat dipahami dengan menggunakan termodinamika: misel dapat terbentuk secara spontan karena keseimbangan antara entropi dan entalpi. Didalam air efek hidrofobik merupakan gaya pendorong pembentukan misel, meskipun faktanya pengumpulan molekul surfaktan menurunkan entropinya. Pada umumnya, diatas kkm, entropi dari pengumpulan molekul surfaktan lebih sedikit daripada entropi dari molekul kurungan air. Hal yang juga penting adalah pertimbangan entalpi seperti interaksi elektrostatis yang terjadi antara muatan (atau ionik) surfaktan.
Ketika surfaktan berada diatas kkm (konsentrasi kritis misel), surfaktan dapat berfungsi sebagai pengemulsi yang akan melarutkan senyawa yang secara normal tidak larut dalam solven yang digunakan. Hal ini terjadi karena spesies tidak mudah larut dapat dimasukkan kedalam inti misel, dimana spesies tersebut terlarut didalam sebagian besar solven oleh kebalikan kepala gugus yang berinteraksi dengan baik dengan spesies solven. Contoh yang paling umum adalah fenomena detergen, yang membersihkan bahan hidrofobik terlarut (seperti minyak, lemak, atau kotoran) yang tidak bisa dibersihkan dengan air. Detergen juga membantu membersihkan dengan menurunkan tegangan permukaan air, membuat lebih mudah untuk membersihkan kotoran dari permukaan. Kemampuan mengemulsikan surfaktan juga merupakan dasar untuk emulsi polimerisasi.

III. Alat dan Bahan
- Alat :
1. Konduktometer
2. Timbangan analitik
3. Labu ukur 1 L
4. Labu ukur 100 mL
6. Gelas beker
7. Gelas arloji
8. Gelas beker
9. Termometer
10. Corong
11. Pemanas
12. Pipet
- Bahan :
1. Gelatin
2. Akuades

IV. Prosedur Kerja
1. Sebanyak 5 gram gelatin dilarutkan ke dalam 1 liter akuades dalam labu ukur kemudian dipanaskan dengan pengaduk magnet di dalam larutan selama kurang lebih 15 menit.
2. Dari larutan tersebut diambil 42,0; 44,0; 44,4; 44,8; 45,2; 45,6; 46,0; 46,4; 46,8; 47,2; 47,6; 48,0; 50,0; dan 52,0 ml kemudian diencerkan dengan akuades pada labu takar 100 ml untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi berturut-turut : 2,10; 2,20; 2,22; 2,24; 2,26; 2,28; 2,30; 2,32; 2,34; 2,36; 2,38; 2,40; 2,50; dan 2,60 g/L.
3. Untuk masing-masing larutan diukur daya hantar listriknya pada variasi temperatur 30, 32, 34, 36, 38, dan 40 °C.

V. Hasil Percobaan dan Pembahasan
A. Hasil Percobaan
konsentrasi
g/L
Suhu (°C)

30
32
34
36
38
40
2,10
23,22
24,30
24,39
26,35
25,76
23,79
2,20
18,73
20,99
20,32
19,82
20,13
20,8
2,22
18,19
19,75
19,38
19,34
20,49
19,25
2,24
17,40
19,06
19,07
18,61
18,30
20,00
2,26
17,99
19,58
19,04
20,06
20,20
19,98
2,28
17,95
19,68
19,48
20,20
19,34
19,95
2,30
18,02
17,99
19,13
19,68
22,00
19,24
2,32
28,7
29,2
30,5
31,0
31,5
31,9
2,34
24,0
24,6
25,1
25,3
25,6
28,7
2,36
24,7
26,2
27,0
27,5
27,6
27,7
2,38
29,0
27,4
27,0
27,1
24,0
27,9
2,40
24,6
27,9
28,7
28,1
32,4
35,7
2,50
21,4
22,8
24,6
31,1
30,9
30,5
2,60
22,5
25,1
24,3
25,2
27,2
27,3
Konsentrasi kritis misel (kkm) pada masing-masing temperatur :
- suhu 30 °C : 2,308
- suhu 32 °C : 2,246
- suhu 34 °C : 2,246
- suhu 36 °C : 2,246
- suhu 38 °C : 2,292
- suhu 40 °C : 2,262
Harga entalpi miselisasi gelatin : 463,623 x 10 -3 kjoule/mol

B. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi kritis misel (kkm) dan menentukan harga entalpi miselisasi gelatin pada pelarut air. Langkah yang dilakukan ada 3, yaitu pembuatan larutan gelatin, pembuatan beberapa variasi larutan gelatin dalam berbagai konsentrasi dan pengukuran daya hantar listrik (DHL) setiap variasi konsentrasi dalam rentang suhu antara 30 sampai 40 °C dengan interval 2 °C.
Langkah pertama adalah pembuatan larutan gelatin. Gelatin adalah protein yang dihasilkan oleh hidrolisis sebagian dari kolagen yang diekstrak dari jaringan penghubung seperti kulit, kartilago, dan tulang. Gelatin merupakan bentuk hidrolisa ireversibel dari kolagen. Sebanyak 5 gram gelatin dilarutkan dalam 1 liter akuades dengan menggunakan labu ukur. Bersama-sama dengan air, gelatin membentuk gel koloida semi padat dengan viskositas tinggi. Dalam akuades dingin gelatin hanya akan larut sedikit oleh karena itu dilakukan pemanasan selama kurang lebih 15 menit agar gelatin larut sempurna didalam air. Pada proses pemanasan ini digunakan pengaduk magnet.
Langkah berikutnya dalah pembuatan larutan gelatin dengan berbagai variasi konsentrasi. Larutan gelatin yang telah dibuat diambil sebanyak 42,0; 44,0; 44,4; 44,8; 45,2; 45,6; 46,0; 46,4; 46,8; 47,2; 47,6; 48,0; 50,0; dan 52,0 ml. Masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan akuades sampai batas. Dari pengenceran tersebut akan diperoleh larutan dengan konsentrasi 2,10; 2,20; 2,22; 2,24; 2,26; 2,28; 2,30; 2,32; 2,34; 2,36; 2,38; 2,40; 2,50; dan 2,60 g/L.
Terakhir adalah pengukuran daya hantar listrik (DHL) dengan menggunakan konduktometer. Pengukuran DHL ini dilakukan dengan variasi temperatur larutan 30, 32, 34, 36, 38, dan 40 °C untuk masing-masing konsentrasi larutan. Dari percobaan diperoleh kecenderungan bahwa semakin besar konsentrasi maka DHL semakin besar sampai pada suatu konsentrasi tertentu setelah itu naik dengan cepat. Data yang diperoleh kemudian dibuat grafik daya hantar listrik (DHL) vs konsentrasi (C). Grafik dibuat untuk masing-masing suhu. Perpotongan antara garis dimana DHL naik dan garis saat DHL naik tajam merupakan konsentrasi kritis misel (kkm). Konsentrasi kritis misel (kkm) merupakan konsentrasi dimana misel mulai terbentuk. Harga kkm untuk masing-masing suhu :
- 30 °C : 2,308
- 32 °C : 2,246
- 34 °C : 2,246
- 36 °C : 2,246
- 38 °C : 2,292
- 40 °C : 2,262
Dari harga kkm yang diperoleh dapat ditentukan harga entalpi miselisasi dengan cara dibuat grafik ln kkm vs 1/T dengan persamaan garis :
y = mx + c
ln kkm =
Dari perhitungan diperoleh harga entalpi miselisasi sebesar : 463,623 x 10 -3 kj/mol.

VI. Kesimpulan
1. Konsentrasi kritis misel (kkm) merupakan konsentrasi dimana misel mulai terbentuk.
2. Semakin besar konsentrasi maka daya hantar listrik (DHL) semakin besar sampai pada suatu konsentrasi tertentu setelah itu naik dengan cepat.
3. Hasil percobaan :
Konsentrasi kritis misel (kkm) pada masing-masing temperatur :
- suhu 30 °C : 2,308
- suhu 32 °C : 2,246
- suhu 34 °C : 2,246
- suhu 36 °C : 2,246
- suhu 38 °C : 2,292
- suhu 40 °C : 2,262
Harga entalpi miselisasi gelatin : 463,623 x 10 -3 kjoule/mol
Perhitungan
1. Penentuan kkm
Grafik DHL vs C untuk masing-masing temperatur
- 30 °C, harga kkm : 2,308
- 32 °C, harga kkm : 2,246
- 34 °C, harga kkm : 2,246
- 36 °C, harga kkm : 2,246
- 38 °C, harga kkm : 2,292
- 40 °C, harga kkm : 2,262

2. Penentuan ∆H
y = mx + c
ln kkm =
m = slope =
∆H = slope x R
= 55,764 x 8,314 joule/mol K
= 463,623 joule/mol
= 463,623 x 10 -3 kjoule/mol

Jumat, 17 Februari 2012

Catalyst


Catalyst
The catalyst is a term that has been widely known by researchers in the chemical process. The catalyst is generally defined as substances that speed up or slow down the reaction. These substances will be released again after the reaction is complete. The participation of the catalyst in a chemical reaction that the catalyst is recovered at the end of the reaction, but often changing its physical form. It could be argued that the catalyst reacts participate but at the end of the reaction will be formed again. The catalyst does not affect the position of equilibrium, but only speed up reactions by lowering activation energy.
Based on the phase in the reaction, the catalyst is classified into two namely:
1) Homogeneous Catalysts
If the catalyst phase by phase as the reactants.
2) Heterogeneous Catalysts
If the catalyst phase different from phase reactants.
Generally, catalysts are widely used in industry are heterogeneous catalysts. Heterogeneous catalyst is generally in the form of metal oxide catalysts. Heterogeneous catalysts typically are formed as solids are superimposed on the surface of the solid / rest upon (impregnation) of the reactants. Katalisisnya mechanism takes place in five stages that occur in sequence, namely the diffusion of reactants to the catalyst surface, adsorption of reactants on the surface of the catalyst, the product desorption from the catalyst surface and diffusion of products leaving the catalyst surface (Wahyuni ​​and Priatmoko, 2000).

Kamis, 09 Februari 2012

Sayaangg..,, :)


Sayaangg… :)
int : C G Am G Dm Am G

Malam,,malam ku indah
Saat bersamamu.,…hilang kan
segala letihku..
Tak pernah terbayangkan,,..
Saat,,ku rengkul..tanganmu..
tenang,,ku rasa..

        Berharap…,,cinta ini utuh selamanya
        dan k au..ku jaga..sempurnakan arti hidupku…..

Reff :
Maafkan bila ku…Terkadang,,lukai hatimu
yang tulus…mencintai..diriku
Kuberharap..,,kau mampu…abadikan,,segala keindahan cinta
yang hadir.,,dalam hidupku…

Int : F C Am G Dm Am G
Back to Reff

Sungguh,,ku mau..Kau slalu ada
untuk diriku
Sayang,,..sangaat kuingin kamu

Sempurnakan hidupku..
Bahagiakan hari-hariku
Sayang,,sayang….Sungguh ku menyayangi dirimu…,,, J

Ayam,,ayaamm :p


Ayam.,,ayaamm :p


int : C G Am G Dm Am G

Ku miliki..seorang permaisuri…
Badannya sehat sekali…
Tak bisa berlari…
Jogetnya Cuma kanan dan kiri….

Walaupun itu semua,..aku bahagia…
Sudah memilikinya..
Kini aku berjanji..
Insyallah hidup dan mati…
Ingin selalu bersamanya…..

Reff :
Ayam,,..ayam..ayamm..ayam
Kuingat itu latahnya
Ayam,,ayamm..ayaamm
Itu latahnyaa… :p

int : F C Am G F C Am G

Rabu, 08 Februari 2012

Reaksi Adisi

Reaksi Adisi
Reaksi adisi terjadi jika senyawa karbon yang mempunyai ikatan rangkap menerima atom atau gugus atom lain sehungga ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal. Ikatan rangkap merupakan ikatan tak jenuh, sedangkan ikatan tunggal merupakan ikatan jenuh. Jadi, reaksi adisi terjadi dari ikatan tak jenuh menjadi ikatan jenuh.
Mekanismenya reaksi adisi :
C = C → C- C
C ≡ C → C = C → C – C
Beberapa reaksi adisi
a.  Reaksi hidrogenasi alkana
R – CH = CH – R’ + H – H → R – CH2 – CH2 – R’
Contoh :
C2H5 – CH = CH – CH3 + H – H → C2H5 – CH – CH – CH3
2-pentena                                                       n-pentana
Reaksi hidrogenasi ini digunakan untuk membuat margarin (mentega tiruan) dari minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh (C = C). Minyak cair dihidrogenasi dengan bantuan katalis Ni menghasilkan lemak padat.
lemak_padart
Reaksi adisi dengan halogen
adisi
Reaksi adisi dengan brom digunakan untuk membedakan senyaw alkena (C = C) dengan sikloalkana. Hal ini karena kedua senyawa mempunyai isomer fungsional (rumus molekul sama, tetapi gugus fungsi berbeda). Pengamatan reaksinya dengan membedakan warna dari brom yaitu merah coklat. Alkena dapat bereaksi dengan brom sehingga warna merah coklat dari brom hilang menjadi tidak berwarna. Akan tetapi, sikloalkana tidak bereaksi dan warna merah coklat dari brom tetap.
Alkena + brom  → bereaksi, warna merah coklat dari brom hilang
Sikloalkana + brom  tidak bereaksi, warna merah coklat dari brom tetap.
Adisi dengan asam halida (HX)
R – CH = CH – R’ + H – X → R – CH – CH – R’
|       |
H      X
Dalam adisi ini atom X terikat pada C rangkap dikiri atau dikanan akan menghasilkan senyawa yang berbeda, kecuali kalau R dengan R’ sama. Untuk itu, ada aturan yang (padat) menetapkan hasil utama dari reaksi adisi tersebut yang dikemukakan oleh Vlademir Markovnikov. Aturan Markovnikov :
  1. ikatan rangkap merupakan kumpulan elektron
  2. gugus alkil merupakan gugus pendorong elektron. Alkil makin besar, daya dorong makin kuat. Urutan kekuatan alkil : – CH3 < – C2H5 < – C3H7
gugus elektronegatif merupakan gugus penarik elektron. Makin elektronegatif, daya tarik elektron makin kuat.