Gambar 1. Struktur dasar
yang umum
ada di bahan pangan Antosianin telah digunakan secara luas sebagai pewarna
alami produk pangan. Antosianin telah banyak digunakan oleh industri
makanan untuk mewarnai makanan yang dihasilkan seperti pada produk
minuman, makanan, salad, biskuit serta produk pangan lainnya. Beberapa bahan
pangan sudah digunakan secara komersial di Amerika Serikat sebagai bahan baku
pewarna alami berbasis antosianin seperti kulit anggur dan kubis merah. Selain
sebagai pewarna, antosianin juga memiliki peranan penting untuk kesehatan
manusia. Konsumsi bahan pangan dan minuman yang mengandung antosianin dapat mengurangi
resiko dari beberapa penyakit degeneratif seperti aterosklerosis, penyakit
jantung, kanker, dan diabet. Antosianin dikenal sebagai senyawa penangkap
( scavenger ) radikal bebas karena adanya senyawa antioksidan.
B.Stabilitas Antosianin
ntosianin relatif bersifat tidak
stabil walaupun pada pH netral ataupun basa. Namun lebih stabil dalam
kondisi asam. Warna dan stabilitas antosianin sangat dipengaruhi oleh gugus
gula dan asil pada aglikon. Degradasi antosianin tidak hanya terjadi selama
proses ekstraksi antosianin dari bahan dan masa penyimpanan. Karena
kondisi penyimpanan antosianin mempengaruhi stabilitas antosianin, meliputi:
pH, suhu, penyinaran, sinar, dan oksigen. Antosianin dapatd ijumpai dalam
bentuk kimia yang berbeda pada berbagai nilai pH. Hal tersebut ditunjukkan pada
gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3. Struktur antosianin pada berbagai nilai pH
Dalam medium cair kemungkinan antosianin berada dalam
empat bentuk struktur yang tergantung pada pH. Struktur tersebut adalah
basa quinoidal (A), kation flavilium (AH+), basa karbinol yang tidak berwarna
(B), dan khalkon tidak berwarna (C) pada gambar 3 tersebut. Pada pH
rendah (pH 1) warna antosianin adalah merah (AH+), sedangkan jika pH
ditingkatkan terjadi 2 kemungkinan pathway yaitu deprotonisasi
menghasilkan senyawa biru (A) atau terjadi hidrasi menghasilkan karbinol (B)
dan membentuk kesetimbangan menjadi struktur khalkon (C). Semakin tinggi suhu
dapat memepercepat degradasi antosianin yang mengakibatkan warna menjadi
memudar atau pucat. Suhu dan pH saling memiliki keterkaitan, bahwa suhu naik
pada pH 2-4. Suhu tinggi dapat menyebabkan colorant pada antosianin
menjadi tidak stabil. Dalam bentuk aglikon zat warna antosianin lebih tidak
stabil dibanding dengan bentuk glikosidanya. Degradasi antosianin berdasarkan
suhu mengikuti kinetika orde satu. Selain itu degradasi antosianin juga
dipengaruhi oleh adanya sinar atau cahaya dalam penyimpanan antosianin. Sebab
antosianin tidak stabil terhadap penyinaran tampak ataupun UV. Oleh sebab itu,
penyimpanan antosianin lebih efektif pada suhu dingin dan tempat gelap.
C.Analisis Antosianin
a.Ekstraksi Antosianin
Ekstraksi dengan pelarut aseton dan partisi menggunakan
kloroform. Antosianin diekstraksi dari tanaman dengan pelarut aseton
selanjutnya dilakukan pemisahan (partisi) dengan kloroform sehingga
dihasilkan bagian aqueous yangdidalamnya terdapat antosianin, fenolik, gula,
asam-asam organik dan senyawa larut air lainnya dan bulk phase (lipid, karoten,
klorofil, dan senyawa non polar). Ekstraksi dengan pelarut metanol. Ekstraksi
antosianin dilakukan secara maserasi dengan pelarut metanol yang mengandung
asam mineral (seperti HCl) berkonsentrasi rendah (0.01%). Ekstraksi
menggunakan pelarut metanol diperoleh filtrate yang kurang murni karena adanya
senyawa ikutan selain antosianin.
b. Purifikasi
Antosianin
Hasil ekstraksi antosianin masih mengandung beberapa
senyawa ikutan selain antosianin yang dapat mempengaruhi analisis individu
antosianin, seperti pada analisis dengan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi).
c. Analisis
Individu Antosianin
Karakterisasi antosianin dengan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi(KCKT). Pemisahan individu antosianin menggunakan kolom C 18 (fasediam/stasioner).
Sampel yang akan diuji mengandung antosianin dalam bentuk ekstrak atau
ekstrak terpurifikasi.
d. Analisis
Total Antosianin
Analisis total antosianin menggunakan metode pH-differential (perbedaan
pH). Pengukuran dilakukan pada pH 1 dan 4.5 menggunakan buffer KCl dengan
pH 1 dan buffer Na-asetat dengan pH 4,5. Prinsip pengukuran denganmetode ini
yaitu struktur antosianin berubah (reversible) dengan berubahnya pH. Kation
flavilium berwarna merah dominan pada pH 1 dan semakin pH ditingkatkan maka
warna menjadi memudar hingga antosianin tidak berwarna (khalkon).
D.Kopigmentasi
Antosianin
Stabilitas antosianin dapat diperbaiki dengan
kopigmentasi baik secara intramolekular dan intermolekular. Kopigmentasi
antosianin dapat memberikan warna lebih cerah, kuat, dan stabil. Reaksi
kopigmentasi dapat terjadi melalui interaksi intramolekuler. Asam organik
(gugus asil aromatik) atau flavonoid atau kombinasi keduanya berikatan dengan
antosianin, serta berinteraksi intermolekuler dimana senyawa flavonoid atau
senyawa fenolik lain misalnya asam fenolik berikatan secara hidrofobik dengan
antosianin. Kopigmentasi secara intramolekular lebih efektif menstabilkan warna
antosianin dibandingkan kopigmentasi intermolekular sebab kekuatan ikatannya.
Dan faktor yang mempengaruhi kopigmentasi adalah tipe dan konsentrasi
antosianin, tipe dan konsentrasi kopigmen, pH, suhu, dan logam. Reaksi
kopigmentasi dapat dideteksi melalui efek hiperkromik (ΔA), terjadi peningkatan
absorbans spektra pada λ vis-maks dan pergeseran
batokromik (Δλ vis-maks), terjadi pergeseran panjang gelombang (nm)
lebih tinggi pada absorbans spektra maksimum (λ vis-maks). Berikut
mekanisme stabilisasi antosianin melalui kopigmentasi intramolekular dan
intermolekular tersaji pada gambar 4 dan mekanisme stabilisasi antosianin
terasilasi (kopigmentasi intramolekuler), mono- dan diasil pigmen pada gambar
5.
Gambar 5.
Mekanisme stabilisasi antosianin terasilasi (kopigmentasiintramolekuler), mono-
dan diasil pigmen
E. Prinsip-Prinsip Pendugaan dan
Pengendalian Masa Kadaluarsa ( Shelf Life)
Produk Pangan
Umur simpan ini artinya lamanya masa penyimpanan pada
kondisi normal atau sesuai anjuran, produk masih dapat diterima konsumen dan
memiliki daya guna seperti yang dijanjikan oleh produsen serta aman. Tanggal
kadaluarsa merupakan batas jaminan produsen terhadap kualitas produk.
Sebelum mencapai tanggal kadaluarsa, kualitas produk dijamin oleh produsen
sepanjang kemasannya belum terbuka dan penyimpanannya sesuai dengan yang
seharusnya. Setelah mencapai tanggal kadaluarsa, kualitas produk tidak
dijamin oleh produsen.
Salah satu kendala yang sering dihadapi industri
pangan dalam penentuan masa kedaluwarsa produk adalah waktu penetapan. Pada
prakteknya, ada lima pendekatan yang dapat digunakan untuk menduga masa
kedaluwarsa, yaitu: 1)nilai pustaka ( literature value ), 2) distribution turn
over, 3)distribution abusetest 4) consumer complaints , dan 5)accelerated
shelf-life testing (ASLT). Nilai pustaka digunakan sebagai pembanding
dan referensi metode penentuan masa kadaluarsa produk pangan. Distribution
turn over adalah cara menentukan masa kadaluarsa produk pangan berdasarkan
informasi produk sejenis yang terdapat di pasaran. Pendekatan ini dapat
digunakan pada produk pangan yang memiliki beberapa aspek sama dengan
produk sejenis di pasaran yang telah ditentukan expiraed date nya. Distribution
abuse test adalah cara penentuan umur simpan produk berdasarkan hasil
analisis produk selama penyimpanan dan distribusi dilapangan.
Abuse
test adalah uji penentuan umur simpan produk dengan cara mempercepat
proses penurunan mutu yang dilakukan dengan penyimpanan padakondisi ekstrim.
Consumer
complaints adalah penentuan umur simpan produk berdasarkan keluhan
konsumen, produsen menghitung nilai umur simpan berdasarkan komplain atas
produk yang didistribusikan hingga diterima konsumen. ASLT adalah metode
penentuan umur simpan produk dalam skala laboratorium dan lebih efisien waktu. Penilaian
tentang umur simpan dapat dilakukan pada kondisi dipercepat(accelerated shelf
life test ) yang selanjutnya dapat dihitung umur simpan yang sebenarnya.
Metode ini dapat dilakukan dengan mengondisikan bahan pangan pada suhu dan
RH tinggi sehingga titik kritis cepat tercapai. Penentuan umur simpan
biasanya menggunakan metode Arrhenius dengan simulasi kondisi. Dalam penentuan
umur simpan, metode Arrhenius sangat baik diterapkan dalam penyimpanan produk
pada suhu penyimpanan yang relatif stabil dari waktu ke waktu.
Upaya memperpanjang masa simpan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu meningkatkan nilai mutu dan memperlambat laju penurunan
mutu. Peningkatan nilai mutu awal produk dapat dilakukan dengan memilih dan menggunakan
bahan baku yang bermutu baik. Perlambatan laju penurunan mutu produk dapat
dilakukan dengan memperbaiki kemasan, faktor penyimpanan, faktor penanganan
distribusi atau faktor penanganan lainnya.
F. Kromatografi
Gas (GC)
Gas kromatografi merupakan salah satu teknik
spektroskopi yangmenggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatanmigrasi komponen-komponen penyusunnya. Gas kromatografi biasa
digunakanuntuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas
dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas. Kromatografi
gastermasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif),kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat
digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik.Untuk lebih mudah
memahami prinsip kromatografi dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Sistem peralatan kromatografi gas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar